Ruskati Ali Minta Kemenkes Tingkatkan Capaian Imunisasi di Luar Jawa-Bali

01-12-2022 / KOMISI IX
Anggota Komisi IX DPR RI Andi Ruskati Ali Baal saat mengikuti Rapat Kerja Komisi IX DPR RI dengan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin beserta jajaran. Foto: Mentari/nr

 

Anggota Komisi IX DPR RI Andi Ruskati Ali Baal mengapresiasi capaian imunisasi di Jawa-Bali hampir 100 persen. Namun, ia menyayangkan capaian imunisasi campak rubella di 14 provinsi di luar Jawa-Bali yang masih rendah. Padahal, menurutnya, imunisasi ini sangat penting untuk masa depan generasi penerus bangsa. Untuk itu, ia meminta pemerintah, dalam hal ini Kementerian Kesehatan untuk meningkatkan capaian imunisasi di berbagai daerah, khususnya daerah di luar Jawa-Bali yang tingkat capaian imunisasinya masih rendah.

 

Demikian diungkapkan Ruskati saat mengikuti Rapat Kerja Komisi IX DPR RI dengan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin beserta jajaran, di Gedung Nusantara I, Senayan, Jakarta, Rabu (30/11/2022), guna membahas lanjutan Program Prioritas Nasional Tahun 2022 yakni, Peningkatan capaian program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) dan Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN), Program penguatan pelayanan kesehatan rujukan dan penguatan pelayanan kesehatan primer melalui screening dan revitalisasi fungsi Puskesmas.

 

“Saya memberikan apresiasi (capaian imunisasi) di Jawa Bali yang telah mencapai hampir 100 persen. Tetapi, yang kita sayangkan sekali bahwa 14 provinsi yang capaiannya masih rendah. Bila beberapa provinsi yang tidak mencapai ini mungkin sebaiknya (pemerintah) menyampaikan kepada dinas kesehatan setempat untuk studi banding ke Jawa-Bali. Karena (tingkat imunisasi) Jawa-Bali ini hampir mencapai sasaran sampai dengan kurang lebih 100 persen. Studi banding untuk mendapatkan strategi yang dilakukan,” saran Ruskati.

 

Politisi Partai Gerindra ini menambahkan, dari paparan yang disampaikan Menkes, ada sejumlah permasalahan dalam pencapaian BIAN dan BIAS, seperti kehalalan vaksin atau imunisasi dan keterlambatan pelaksanaan BIAN dan BIAS. Lalu ia menggarisbawahi masa kedaluwarsa vaksin yang tidak mencapai target 100 persen. Ruskati pun mempertanyakan penanganan vaksin kedaluwarsa tersebut, karena tidak mungkin dipakai untuk tahun depan. Akan menjadi masalah jika vaksin disimpan menunggu anak-anak yang mau divaksin.

 

“Alasan (tidak mau divaksin) karena orang tua kalau divaksin nanti sakit, nanti kena seperti Covid, tiba-tiba meninggal. Itu kendalanya yang ada di daerah kita. Seperti daerah saya di Sulawesi Barat, itu capaiannya sangat-sangat rendah. Bagaimana upaya kita, pemerintah ini untuk bisa mencapai (target) daripada yang kita harapkan. Karena anak-anak 10-20 tahun ke depan, kalau bukan kita, siapa lagi yang akan memikirkan masa depan. Terutama sumber daya manusia yang kita harapkan di masa depan,” tandas Legislator Dapil Sulawesi Barat itu.

 

Sebelumnya Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memaparkan capaian imunisasi pada anak yang digenjot dengan program BIAN. Program ini ditujukan untuk meningkatkan capaian imunisasi pada anak pasca pandemi Covid-19. Budi menjelaskan capaian imunisasi campak dan rubella jauh lebih tinggi di daerah Jawa-Bali. Tercatat jumlah penerima imunisasi tambahan campak dan rubella sebanyak 9.236.593 atau 97,9 persen dari target.

 

Sementara penerima imunisasi tambahan campak-rubella di luar Jawa-Bali masih rendah dari target. Penerima imunisasi di luar Jawa-Bali sebanyak 17.287.803 atau 63,9 persen dari target nasional. Dalam program BIAN ini, Kemenkes menggunakan dua vaksin polio yakni Oral Polio Vaccine (OPV), dan Inactivated Polio Vaccine (IPV). OPV diberikan secara oral pada bayi untuk mencegah infeksi polio varian-1 dan varian-3. Sementara IPV diberikan secara injeksi pada anak usia 12-59 bulan untuk mencegah penularan polio varian 1, 2, dan 3.

 

Program imunisasi polio ini masih rendah di luar Jawa-Bali. Penerima imunisasi OPV hanya mencapai 33,6 persen dari target atau sekitar 492.034 anak. Sementara penerima vaksin polio IPV sebesar 23,8 persen atau 546.111 orang. Angka ini jauh lebih rendah dibanding angka imunisasi di Jawa-Bali. Penerima imunisasi OPV mencapai 84,6 persen atau 837.792 anak, dan penerima vaksin polio IPV mencapai 77,3 persen atau 1.277.641 anak.

 

Budi mengaku ada beberapa kendala dalam pemberian imunisasi campak-rubella dan polio pada anak di luar Jawa-Bali. “Isu kehalalan vaksin di beberapa daerah dan ketakutan melakukan multiple injection (suntik berkali-kali). Kurangnya dukungan pimpinan di beberapa daerah. Jadi saya harap ibu-bapak di sini yang melihat dapilnya masih sedikit capaian vaksinasinya untuk bantu didorong mengejar angka imunisasi,” pungkas Budi. (sf/rdn)

BERITA TERKAIT
Virus HMPV Ditemukan di Indonesia, Komisi IX Minta Masyarakat Tak Panik
10-01-2025 / KOMISI IX
PARLEMENTARIA, Jakarta - Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Nihayatul Wafiroh mengapresiasi langkah cepat Kementerian Kesehatan terkait ditemukannya virus Human...
Dukung MBG, Kurniasih: Sudah Ada Ekosistem dan Ahli Gizi yang Mendampingi
07-01-2025 / KOMISI IX
PARLEMENTARIA, Jakarta – Anggota Komisi IX DPR RI Kurniasih Mufidayati, menyatakan dukungannya terhadap implementasi Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang...
Nurhadi Tegaskan Perlunya Pengawasan Pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis
07-01-2025 / KOMISI IX
PARLEMENTARIA, Jakarta – Anggota Komisi IX DPR RI, Nurhadi, menegaskan komitmennya untuk mengawal pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang...
Dukung Program MBG, Legislator Tekankan Pentingnya Keberlanjutan dan Pengawasan
07-01-2025 / KOMISI IX
PARLEMENTARIA, Jakarta – Pemerintah secara resmi meluncurkan program Makanan Bergizi Gratis (MBG) pada 6 Januari 2025 di 26 provinsi. Program...